Welcome


Sabtu, 12 Desember 2009

Wayang Windu

KAMIS (29/10) pagi, warga Kp. Kertamukti, Desa Kertamanah, Kec. Pangalengan, Kab. Bandung dikejutkan oleh ledakan yang terjadi di Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Magma Star Energy Geothermal Ltd. di Gunung Wayang, Pangalengan. Dalam kejadian tersebut, sekitar 30 warga sempat pingsan.

Ledakan yang bersumber dari rapture disk (lempengan pengaman tekanan, red) milik PLTP itu terdengar hingga radius 2,5 km. Setelah mengetahui sumber ledakan yang mengejutkan itu, warga bergerombol di sekitar PLTP.

PLTP yang menyuplai kebutuhan energi listrik sebesar 227 megawatt untuk Jawa, Madura, dan Bali tersebut memang sangat vital, karena diandalkan sebagai salah satu penyuplai energi listrik yang cukup potensial. Lokasi pembangkit listriknya sendiri sebetulnya cukup jauh dari areal permukiman penduduk. Sehingga, kalau sampai ledakan itu bisa membuat puluhan warga pingsan, cukup bisa dibayangkan berapa desibel (satuan kekuatan suara) yang dihasilkannya.

Meski demikian, Senior Manager Extra Relation and Security PLTP Star Energy Geotermal Ltd., Asrul Saleh melalui pesan singkat (SMS, red) yang dibacakan Ahmad Nauval, menuturkan, rapture disk ini pecah akibat tekanan yang melebihi ambang batas pipa. Justru dengan pecahnya rapture disk ini, peralatan pembangkit lainnya aman dari kerusakan.

Peristiwa ini tidak membuat suplai listrik menjadi terganggu. Sekitar pukul 13.00 WIB, pembangkit unit 1 dan 2 kembali berjalan normal. Suplai listrik ke PLN untuk didistribusikan ke Jawa, Madura, Bali tidak terganggu akibat pecahan lempengan ini.

Ledakan yang terjadi di PLTP tersebut juga seperti mengingatkan masyarakat bahwa di antara para korban bencana gempa di Pangalengan ada perusahaan yang selama ini mengeksploitasi sumber energi listrik di daerah mereka. Yang kita belum tahu, seberapa besar mereka memberikan kontribusi terhadap masyarakat di Kecamatan Pangalengan dan sekitarnya yang tengah dirundung duka akibat bencana. Harapan mereka untuk mendapat bantuan pemerintah daerah untuk merehab kembali rumah-rumah mereka, hingga kini belum bisa dirasakan.

Seperti kita tahu, investasi yang dibenamkan dalam proyek tersebut sangatlah besar, sehingga kita harapkan pembangkit tenaga listrik ini juga mengalokasikan dana corporate social responsibility (CSR) atau dana untuk bina lingkungannya cukup besar. Tentu yang paling sangat menggetirkan kalau sampai ada warga di Pangalengan dan sekitarnya yang belum menikmati listrik. Jangan sampai seperti sebuah istilah ayam mati di lumbung padi. Mudah-mudahan tidak ada. (Sabtu, 31 Oktober 2009) **

Tidak ada komentar:

Posting Komentar