Welcome


Minggu, 19 April 2009

UN Bukan Satu-Satunya Indikator Sukses Belajar

Oleh DRS. H. JUHANA, M.M.PD

KEBANYAKAN orang tua terlalu menghawatirkan anak-anaknya saat akan menghadapi Unjian Nasional (UN) yang untuk SMA/SMK dan MA akan berlangsung mulai Senin, 20 April 2009 ini. Tentu beragam sikap orang tua dalam mempersiapkan anaknya agar sukses dalam UN. Bahkan tidak sedikit yang melakukan berbagai upaya agar anak-anaknya sukses menembus UN. Dan, UN-pun seperti segalanya bagi siswa dan orang tua.
Dalam perbincangan saya dengan Kepala SMAN-1 Baleendah, Drs. H. Tjahra, M.M.Pd, Kepala UPTD SMA/SMK wilayah I Drs. H. Jamiat, M.Si., Kepala UPTD SMA/SMK wilayah II Drs. H. Sutisna Waryono, M.Pd., Kepala UPTD SMA/SMK wilayah III Drs. H. Koswara, M.M.Pd, dan Kepala Seksi Kurikulum Drs. Junjunan, M.Si, di lobby SMAN-1 Baleendah, Sabtu (19/4), saya mengingatkan bahwa ujian nasional itu bukanlah segalanya. Karena hasil dari sekolah, bukanlah hanya nilai yang bagus tapi bagaimana anak didik kita mempunyai akhlak yang mulia. Karena pendidikan pada dasarnya tidak hanya mengajarkan kecerdasan otak (Intelectual Quetion), namun juga harus memiliki kecerdasan emosi (Emosional Quetion) dan kecerdasan spiritual (Spiritual Quetion).
Untuk itu, hakekat pendidikan bukan hanya pada UN saja, bukan hanya mengukur knowledge, tapi kejujuran. UN adalah ujian untuk mengukur kejujuran semua pihak : para siswa, guru dan kepala sekolah. Semuanya diuji dalam UN ini. Karena memberitahu anak saat ujian sama dengan meracuni anak itu sendiri. Dalam aspek pedagogik, guru telah banyak mengetahui bagaimana pola belajar selama 3 tahun, model pembelajarannya, sarana belajarnya, kualitas tenaga pengajarnya dan aspek-aspek lainnya.
Begitu pula selama 3 tahun itu pula dipelajari hasil diagnostik kesulitan belajar siswa juga diagnostik kesulitan mengajar serta penelitian tindakan kelas (PTK). Selain itu, tentu ada juga try out (TO), untuk mengevaluasi hasil proses kegiatan belajar mengajar (KBM), sehingga sudah cukup instrumen untuk mengoptimalkan proses KBM tersebut.
Saya percaya, dengan pola ajar seperti ini, maka Ujian Nasional tidak perlu terlalu dirisaukan oleh para orang tua kalau selama tiga tahun anak-anaknya memang diposisikan sebagai pelajar yang tentunya terus belajar memahami setiap pelajaran yang disampaikan gurunya di sekolah. Ada sebuah paradigma yang harus di rubah dalam dunia pendidikan kita. Kalau dulu orang tua sering mengatakan, "Jang sakola ameh jaga hirup senang". Jadi kesannya pendidikan itu untuk masa yang akan datang, padahal pendidikan bukan untuk masa yang akan datang saja tapi untuk sekarang. Sami'na wa a'to'na.
Hasil proses belajar selama 3 tahun di SMA/SMK atau selama 9 tahun sejak di SD, mulai hari ini hingga 24 April (SMA) dan hingga 22 April (SMK) akan diuji. Di Kab. Bandung pada hari ini ada sebanyak 11.623 siswa SMA (SMAN 4.787 siswa, dan SMAS 6.836 siswa) dan 4.662 siswa (SMKN 848 siswa dan SMKS 3.814 siswa) serta 2.680 siswa MA mengikuti ujian.
Distribusi soal ujian ini dari penyelenggara UN tingkat kab./kota bersama perguruan tinggi negeri menyampaikan bahan UN ke satuan pendidikan penyelenggara UN. Distribusi dilakukan setiap pagi sebelum dilaksanakannya UN, disertai dengan berita acara serah terima bahan UN. Setiap proses serah terima dan pengiriman bahan UN ke penyelenggara UN tingkat kab./kota dan ke satuan pendidikan penyelengara UN dengan pengawalan dari aparat keamanan.
Pengumuman hasil UN dilakukan secara serentak di SMA/SML dan MA penyelenggara selambat-lanbatnya pada minggu kedua bulan Juni 2009. Peserta dinyatakan lulus jika memenuhi standar kelulusan nilai rata-rata minimal 5,5 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan nilai minimal 4 untuk paling banyak dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya. Kab./kota dan atau satuan pendidikan dapat menentukan standar kelulusan UN lebih tinggi dari kriteria tersebut. Selamat ujian! (penulis, kepala dinas pendidikan dan kebudayaan Kab. Bandung)**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar