Oleh H. DAGUS S. S.Ip.
PASKA Pemilu 9 April 2009 dan hasilnya telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang dimenangkan Partai Demokrat, hampir semua partai tercengang. Bahkan ada partai yang langsung pada 8 Juli 2009 akan berkoalisi dengan partai pemenang seakan-akan keperkasaan SBY tidak bisa dikalahkan. Banyak pernyataan SBY dengan siapapun wakilnya tetap akan menjadi pemenang.
Jika kita terjebak dalam pemikiran seperti ini adalah sikap yang akan banyak merugikan diri sendiri karena sangat terlihat oleh lawan politik, seperti kehilangan kepercayaan diri. Ketidakmam¬puan untuk menjadi politisi seperti yang tidak berupaya membangun karakter politik pejuang, bahkan yang terlihat hanya mengejar kekuasaan semata. Maka timbullah keputusan seolah-olah pada 8 Juli 2009 sudah selesai pilihannya hanya 2. Yakni, Menjadi pemim¬ pin dibawah SBY/Demokrat atau Menjadi oposisi.
Ini benar-benar ironis dan mungkin ada yang berpandangan tidak ada lagi yang berani melawan keperkasaan SBY. Semuanya kalah sebelum berperang. Padahal kita ketahui semua partai memiliki tokoh-tokoh yang bisa dijual kepada masyarakat pemilih, dan celah-celah kemenangan untuk calon lainpun masih terbuka.
Jika kita hitung SBY 21%, tinggal partai-partai lain sanggupkan memenangkan calon presiden (Capres). Padahal jika bersatu apalagi mendapat dukungan dari pemilih yang tidak bisa memilih pada saat pemilu legislatif yang jumlahnya sangat besar 37 juta - ini mungkin massa yang kecewa pada partai penguasa - yang penting calon jangan kontradiktif dengan pemilih. Sampaikan kepada masya¬rakat bahwa BLT, Raskin, Jamkesmas, dan PBPM itu adalah program pemerintah dan parlemen, bukan semata-mata hanya program dari SBY.
Maka ada beberapa hal yang patut kita dukung dan hargai bahwa Ketua Partai Golkar siap menjadi Capres tidak akan mundur sebelum bertempur jelas membuktikan bawa beliau kader sejati yang sanggup membuat terobosan baru. Bila mau kita pelajari, negara maju seperti Amerika Serikay seorang tokoh kulit hitam semanis apapun atau secerdas apapun dipastikan tidak akan jadi Presiden Amerika.
Karena sejak di sekolah pun sudah ada perbedaan bahwa Capres itu dari kelompok penguasa sepanjang masa yang dikenal dengan sebutan WASP : White, Aglosexon, Protestan. Dari luar kelompok tersebut jangan harap bisa jadi Presiden di Amerika.
Tetapi dengan terobosan seorang Obama ketika memenangkan kompensi demo crat, masyarakat Amerika seperti terbangun dari mimpi. Seo¬rang pria yang terabaikan, yang pernah tinggal lama di Indonesia menjadi sebuah kenyataan terbangunnya opini positif, hingga mengemuka dan terkuak Obama adalah sosok yang cerdas, muda, berjiwa sosial, berani membuat terobosan baru dengan inkonpen¬sional terus membuat konsep-konsep AS ke depan yang menjadi harapan masyarakat, ditengah-tengah krisis global dan percaturan dunia yang semakin kompleks.
Bila melihat kenyataan ini jelas, JK sebagai Ketua Umum Partai
Golkar tidak mau Partai Golkar dalam menjalankan pemerintahan ke depan terus menerus bergantung kepada pinjaman luar negeri.
Menurut pemikiran kami, mungkin inilah yang menjadikan keretakan SBY-JK, sebab kalau melihat sekarang, utang luar kita lebih besar dari utang masa Orde Baru. Kalau utang masa Orde Baru selama 32 tahun Rp 1.500 triliun atau rata-rata pertahun hanya Rp 47 trili¬un per-tahun. Bandingkan dengan sekarang, tahun 2004 saja Rp 662 triliun, kemudian tahun 2009 menjadi Rp 980 triliun. Maka kalau kita hitung kurang dari 5 tahun, utang negara kita mencapai Rp 392 triliun atau sama denganRp 80 triliun per-tahun.
Bahkan, Ketua Kelompok Anti Utang Luar Negeri, Dani Setiawan, mencatat, pembayaran dan utang baru kita yakni cicilan pokok + bunga (tahun 2005-2008) Rp 277 triliun, dan pinjaman baru (tahun 2005-2009) Rp 101,9 triliun. Outstanding membengkak tahun 2004 Rp
1.275 triliun, dan tahun 2005-2009 Rp 1.667 triliun. Artinya tiap tahun terjadi pembengkakan utang luar negeri Rp 124 triliun per-tahun!.
Dan yang terakhir, kita juga sekarang mendapat pinjaman baru dari Asian Development Bank (ADB) sebesar Rp 20 triliun. Inilah nasib negara kita yang terjebak oleh utang luar negeri, dan menjadi PR bagi pemimpin negara ke depan. Kita berharap, pemimpin ke depan adalah yang benar-benar berniat kuat untuk menyelesaikan utang luar negeri kita, agar rakyat bisa lebih menikmati melimpahnya sumberdaya di negeri tercinta ini. (penulis, ketua harian MPC. Pemuda Pancasila Kab. Bandung)
Kamis, 14 Mei 2009
Imbas "Cerai" Demokrat dan Golkar
| ||||
Sanksi Tegas Satpol PP
| ||||
Ujian Kejujuran
| ||||
Bandara Husein
| ||||
Seribu Pelanggaran
| ||||
Hari Buruh
| ||||
UN SMP Bocor?
| ||||
Antasari, Ah!
PENDEKAR yang paling depan dalam memberantas korupsi di Indonesia itu, Antasari Azhar, akhirnya mendekam di ruang tahanan Ditnarkoba Polda Metro Jaya. Antasari tidak ditempatkan di Rutan Ditreskrimum agar tak tercampur dengan tahanan KPK. Ketua KPK non-aktif itu ditetapkan sebagai tersangka oleh Polda Metro Jaya terkait kasus pembunuhan Direktur PT PRB, Nasrudin Zulkarnaen. Ia dikenai pasal pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman mati. Banyak spekulasi berkaitan dengan ditetapkannya status tersangka terhadap mantan jaksa tersebut. Karena berbeda dengan kasus-kasus lainnya, penetapan status tersangka terhadap Antasari begitu tiba-tiba, juga proses penahanannya. Antasari sekarang sepertinya seorang penjahat yang sangat berbahaya, sehingga penangguhan penahanan yang diajukan pengacaranya, Hotma Sitompul, juga tidak ditanggapi pihak Mabes. Spekulasi yang beredar antara lain menyebutkan keterkaitan kasus yang sekarang menimpa Antasari dengan statement terburu-buru yang disampaikan pihak Kejagung yang menetapkan Antasari sebagai tersangka. Pernyataan itu dianggap berlebihan karena tindak pidana yang ditudingkan terhadap Antasari wewenangnya ada di pihak kepolisian. Sehingga muncul dugaan adanya "balas dendam" dari lembaga yang pamornya sempat terpuruk oleh lembaga yang dipimpin Antasari saat membongkar kasus penyuapan Jaksa Untung. Adakah keterlibatan pemerintah dalam kasus tersebut? Pengacara eksekutor Petrus Balapattyona menyatakan, rapat-rapat untuk membunuh Nasrudin digelar di Mabes Polri. Para eksekutor yang menjadi klien Petrus mengaku saat menghubungi korlap eksekutor, Hendrikus, selalu menyatakan berada di Mabes Polri untuk tugas negara. Pengakuan pengacara Petrus tersebut langsung dibantah pihak Polda Metro Jaya. "Saya katakan itu tidak benar," ujar Kapolda Irjen Pol. Wahyono kepada wartawan, Senin (4/5) ketika ditanya apakah benar rapat-rapat perencanaan eksekusi itu dilakukan di Mabes Polri. Sementara alasan Polda Metro Jaya tidak menunggu waktu 1x24 jam untuk melakukan penahanan Antasari karena alat buktinya dinilai sudah cukup. "Karena alat bukti sudah cukup, 1x24 Jam itu 'kan batas waktu pemeriksaan," jelasnya. Apa saja buktinya? "Saksi, petunjuk, surat, pokoknya banyak deh," jawabnya. Kasus yang menimpa Antasari, sepintas terkesan begitu gegabah dilakukan orang yang memiliki reputasi demikian hebat. Namun Antasari juga manusia, ia memiliki kelebihan sekaligus dengan kekurangannya. Meski demikian, untuk pembelajaran kepada masyarakat, tentu sangat perlu pihak penegak hukum bisa membeberkan kasus ini secara lebih transparan. Karena dari kasus yang menimpa Antasari ini banyak pelajaran yang sangat berharga bagi masyarakat. Kalau ternyata pria yang pernah diidolakan banyak orang itu bersalah, tentu ada pelajaran yang sangat berharga bahwa semakin atas posisi seseorang, terpaan anginnya pun semakin kencang dan Antasari terjerembab karenanya. ** |
Lagi, tentang Dana BOS
| ||||
Tol Soroja
| ||||
Bansos
| ||||
Lupus
| ||||
Dana Jamsostek
| ||||
Bosscha
PERBEDAAN pendapat soal pembangunan kawasan wisata terpadu antara PT BMP dengan Observatorium Bosscha, sudah terjadi sejak 2003. Masalah ini sempat mereda pada 2006 sampai 2007. Tetapi, akhir 2008 sampai sekarang konflik itu muncul lagi, seiring Pemkab Bandung Barat mulai memproses amdal proyek tersebut. Kepala Observatorium Bosscha, Taufik Hidayat menyebutkan, pembangunan di kawasan Lembang saat ini sudah melewati batas baku mutu atau sudah mencapai 60%. Hal itu, baik dari sisi air, udara, penghijauan maupun bangunan, kurang menguntungkan. Idealnya, pembangunan di kawasan Lembang tidak boleh dari 10% karena kawasan tersebut merupakan kawasan resapan air. Dampaknya, selain air semakin sulit didapat oleh masyarakat, pengamatan benda-benda langit di Observatorium Bosscha pun terganggu karena polusi cahaya dan udara di sekitar Lembang. Taufik menegaskan, Observatorium Bosscha tetap akan menolak pembangunan kawasan wisata terpadu oleh PT BMP. Hal ini sesuai dengan tidak diberikannya rekomendasi oleh Rektor ITB kepada Pemkab Bandung Barat tentang pembangunan kawasan wisata terpadu. Katanya, Observatorium Bosscha merupakan tempat penelitian, bukan tempat pariwisata. Karenanya mereka menolak tegas pembangunan kawasan wisata terpadu. Wajar kalau kemudian, tim penyelamat Bosscha mempertanyakan amdal (analisis dampak lingkungan) kawasan wisata terpadu "Puri Lembang Mas" di kawasan Observatorium Bosscha, yang terus diproses oleh Pemkab Bandung Barat. Tim Penyelamat Bosscha, Achmad Sarmidi didampingi Kepala Observatorium Bosscha, Taufik Hidayat dan ahli planologi ITB, Denny Zulkaidi di Sekretariat Forum Diskusi Wartawan Bandung (FDWB), Jln. Tamansari Bandung, Jumat lalu mengatakan Pemkab Bandung Barat seperti tidak mengindahkan surat penolakan dari Rektor ITB dan surat dari Kementerian Negara Riset dan Teknologi yang ditandatangani Menristek Kusmayanto Kadiman. Untuk memproses amdal kawasan wisata terpadu tersebut, harus ada rekomendasi dari ITB. Dan yang menarik, meski ITB sudah tidak memberikan rekomendasi, tapi tetap diproses. Bagi masyarakat, hal ini tentu menjadi sebuah pertanyaan besar, apakah hal ini karena sekadar perbedaan persepsi antara ITB dan Pemkab Bandung Barat atau karena masalah finansial yang tidak adil. Atau karena memang Pemkab Bandung Barat yang terlalu melihat sisi keuntungan jangka pendek ketimbang melihat persoalan tersebut untuk kepentingan jangka panjang. Bagi Pemkab Bandung Barat, sektor wisata memang menjadi salah satu andalan untuk meningkatkan product domestic ratio brutto (PDRB) dan lokasi yang paling tepat dan diandalkan memang di kawasan Lembang tersebut. Kita berharap, dua kepentingan ini bisa mencapai titik temu kalau kedua belah pihak duduk satu meja dan membicarakan masalah ini secara menyeluruh. Kita berharap, masalah ini bisa diselesaikan dengan tetap berpegang pada falsafah kesundaan, "laukna beunang, caina herang". ** |
Siaga Flu Babi
MESKI virus flu babi atau H1N1 dianggap tidak terlalu berbahaya dibandingkan flu burung atau H5N1, namun menurut Direktur Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Cissi S. Prawira, pada Selasa (28/4) kepada wartawan, RSHS tetap siaga. Kesiagaan rumah sakit pemerintah tersebut ternyata sangat beralasan, karena pada Senin (11/5), seorang kopilot AirAsia, RES (39) terkena virus tersebut. Seusai mendaratkan pesawatnya, RES langsung dilarikan ke kamar isolasi di Ruang Flamboyan RSHS Bandung. Pihak RSHS tidak hanya menyediakan ruangan khusus untuk pasien yang terjangkit penyakit tersebut, tapi juga menyediakan obat untuk pasien flu babi bernama Oceltamiviel. Rumah sakit ini menyadiakan 2.900 pil Oceltamiviel yang cukup untuk 300 pasien. Tentunya kesiagaan yang dilakukan rumah sakit tersebut patut kita apresiasi karena saat isu wabah flu burung demikian menakutkan warga, rumah sakit ini dengan tanggap melayani setiap pasien yang datang. Begitu pula sekarang, di rumah sakit ini disediakan hotline yang khusus melayani masyarakat kalau menemukan indikasi adanya warga yang terkena virus tersebut. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), dalam rilisnya akhir bulan April, WHO kembali menaikkan level peringatan bahaya terhadap penyakit flu babi, dari level empat ke level lima. Artinya, virus itu telah menyebar dari manusia ke manusia, dan terjadi setidaknya di dua negara. Sedangkan level paling berbahaya adalah level enam, yaitu jika terjadi pandemi global. Penyakit flu babi memang terus meluas dan menelan korban jiwa. Di Meksiko, negara asal penyakit ini, korban tewas telah mencapai 159 jiwa. Sedangkan jumlah penderita nyaris menembus angka 2.500 orang. Padahal sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) menegaskan bahwa potensi penyebaran flu babi alias H1N1 di Tanah Air sangat kecil. Angka kematian akibat flu burung (H5N1) jauh lebih tinggi, yakni 80-90 persen, ketimbang flu babi (H1N1), yakni 6,4 persen. Namun, melihat virus tersebut telah sampai ke Kota Bandung, masyarakat harus tetap waspada karena virus ini dapat ditularkan dari manusia ke manusia. Untuk mewaspadai munculnya penyakit tersebut di Indonesia, Departemen Kesehatan (Depkes) telah meminta pihak terkait untuk menghentikan impor daging babi. Selain itu, Depkes melakukan survailance pada sejumlah peternakan babi di Indonesia yang jumlahnya kini mencapai 9 juta ekor. Sementara bagi pendatang yang masuk ke Indonesia melalui bandara telah disiagakan thermo scanner. Thermo scanner adalah alat yang dapat mendeteksi suhu tubuh manusia yang bertemperatur tinggi. Jika suhu tubuh manusia yang diperiksa lebih dari 38 derajat Celsius, alat tersebut akan berbunyi. Jika ada yang dicurigai terinfeksi flu babi, akan diberi kartu bahaya kesehatan (health alert card) yang sudah disiapkan Depkes. Melihat Bandara Husein Sastranegara sudah didatangi virus tersebut, tampaknya pemerintah perlu mempertimbangkan untuk segera memasang thermo scanner di lokasi tersebut. Sehingga, deteksi awal bisa lebih diketahui, dan Kota Bandung terhindar dari wabah virus tersebut. ** |
Langganan:
Postingan (Atom)