Welcome


Sabtu, 12 Desember 2009

Belajar Tatib ke Bali

ANGGOTA DPRD sekarang kelihatannya senang memberikan kejutan. Setelah anggota DPRD Provinsi Jabar memberikan kejutan atas penolakan rumah dinas, kini Panitia Khusus Tata Tertib (Pansus Tatib) DPRD Kota Bandung dikabarkan melakukan studi banding ke Surabaya dan Bali.

Dianggap mengejutkan karena mereka belum lama dilantik, tiba-tiba menunjukkan sedikit sikap bermewah-mewahan. Bali, bagaimana pun lebih terkesan sebagai tempat untuk bermewah-mewahan ketimbang untuk mencari ilmu. Menurut pengamat hukum Asep Warlan Yusuf, untuk belajar menyusun tatib tidak perlu jauh-jauh ke Bali dan Surabaya. karena belum tentu yang diterapkan di sana benar. Menurut Asep, pansus tatib seharusnya berkonsultasi dengan Departemen Dalam Negeri atau Departemen Hukum dan HAM, karena dua lembaga itu bisa lebih memberikan pencerahan.

Salah seorang anggota Fraksi Partai Golkar, Asep Dedi Ruyadi mengatakan, kepergian mereka dalam rangka kunjungan kerja terkait penyusunan tatib pembentukan pimpinan definitif. Kendati demikian, Asep tidak mengetahui alasan dipilihnya Surabaya dan Denpasar sebagai tujuan kunjungan kerja. Asep juga tidak menampik beberapa daerah di Jawa Barat seperti Kota Cimahi, Kab. Sumedang, dan Kab. Bandung Barat (KBB), sebenarnya sudah menentukan sikap akan melantik pimpinan definitif.

Bahkan Ketua Pansus Tata Tertib DPRD Kota Bandung, Erwan Setiawan ketika dikonfirmasi wartawan, sempat memberikan jawaban yang membingungkan. Erwan mengatakan, alasan pemilihan Surabaya dan Denpasar sebagai tujuan kunjungan kerja, karena dua kota itu memiliki kesamaan kultur, jumlah penduduk, dan jumlah PAD dengan Kota Bandung. Namun, beberapa menit kemudian, Erwan meluruskan jawabannya. Dikatakan, pemilihan dua kota itu karena penetapan tatib dan penetapan pimpinan definitifnya sudah dilaksanakan. "Tinggal tunggu SK gubernur," ujar Erwan.

Belajar ke Surabaya, Bali atau bahkan ke negeri Cina, tentu boleh-boleh saja, selama memungkinkan. Namun masalahnya, apakah tepat waktunya dengan kondisi masyarakat saat ini? Karena, masyarakat sedang menunggu kiprah nyata dari anggota DPRD yang baru dipilihnya beberapa waktu lalu. Sikap bermewah-mewah apalagi kalau cenderung kekanak-kanakan, tentu akan sangat menyakitkan hati para pemilihnya.

Kita berharap para anggota dewan juga bisa saling berbagi perasaan dengan masyarakat pemilihnya, sehingga mereka bisa lebih hati-hati dalam mengambil tindakan. Meskipun mungkin benar dan sangat dibutuhkan apa yang mereka lakukan sekarang ini, namun tetap tidak sampai menunjukkan kesan mangpang-meungpeung.

Akan lebih cantik dan simpatik tampaknya kalau mereka lebih banyak teriak dulu untuk membela kaum buruh yang tidak mendapat tunjangan hari raya (THR), guru honorer yang tidak mendapat tunjangan daerah, para pedagang kaki lima (PKL) yang semakin tersingkirkan nasibnya. Mereka juga harus berani menjaga jarak dengan hegemoni kekuasaan. Dengan begitu, insya Allah, pandangan masyarakat terhadap mereka akan berbeda dengan anggota-anggota dewan sebelumnya. (Kamis, 01 Oktober 2009)**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar