Welcome


Kamis, 14 Mei 2009

Utang Luar Negeri, PR Capres ke Depan

Oleh H. DAGUS S. S.Ip.

PASKA Pemilu 9 April 2009 dan hasilnya telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang dimenangkan Partai Demokrat, hampir semua partai tercengang. Bahkan ada partai yang langsung pada 8 Juli 2009 akan berkoalisi dengan partai pemenang seakan-akan keperkasaan SBY tidak bisa dikalahkan. Banyak pernyataan SBY dengan siapapun wakilnya tetap akan menjadi pemenang.
Jika kita terjebak dalam pemikiran seperti ini adalah sikap yang akan banyak merugikan diri sendiri karena sangat terlihat oleh lawan politik, seperti kehilangan kepercayaan diri. Ketidakmam¬puan untuk menjadi politisi seperti yang tidak berupaya membangun karakter politik pejuang, bahkan yang terlihat hanya mengejar kekuasaan semata. Maka timbullah keputusan seolah-olah pada 8 Juli 2009 sudah selesai pilihannya hanya 2. Yakni, Menjadi pemim¬ pin dibawah SBY/Demokrat atau Menjadi oposisi.
Ini benar-benar ironis dan mungkin ada yang berpandangan tidak ada lagi yang berani melawan keperkasaan SBY. Semuanya kalah sebelum berperang. Padahal kita ketahui semua partai memiliki tokoh-tokoh yang bisa dijual kepada masyarakat pemilih, dan celah-celah kemenangan untuk calon lainpun masih terbuka.
Jika kita hitung SBY 21%, tinggal partai-partai lain sanggupkan memenangkan calon presiden (Capres). Padahal jika bersatu apalagi mendapat dukungan dari pemilih yang tidak bisa memilih pada saat pemilu legislatif yang jumlahnya sangat besar 37 juta - ini mungkin massa yang kecewa pada partai penguasa - yang penting calon jangan kontradiktif dengan pemilih. Sampaikan kepada masya¬rakat bahwa BLT, Raskin, Jamkesmas, dan PBPM itu adalah program pemerintah dan parlemen, bukan semata-mata hanya program dari SBY.
Maka ada beberapa hal yang patut kita dukung dan hargai bahwa Ketua Partai Golkar siap menjadi Capres tidak akan mundur sebelum bertempur jelas membuktikan bawa beliau kader sejati yang sanggup membuat terobosan baru. Bila mau kita pelajari, negara maju seperti Amerika Serikay seorang tokoh kulit hitam semanis apapun atau secerdas apapun dipastikan tidak akan jadi Presiden Amerika.
Karena sejak di sekolah pun sudah ada perbedaan bahwa Capres itu dari kelompok penguasa sepanjang masa yang dikenal dengan sebutan WASP : White, Aglosexon, Protestan. Dari luar kelompok tersebut jangan harap bisa jadi Presiden di Amerika.
Tetapi dengan terobosan seorang Obama ketika memenangkan kompensi demo crat, masyarakat Amerika seperti terbangun dari mimpi. Seo¬rang pria yang terabaikan, yang pernah tinggal lama di Indonesia menjadi sebuah kenyataan terbangunnya opini positif, hingga mengemuka dan terkuak Obama adalah sosok yang cerdas, muda, berjiwa sosial, berani membuat terobosan baru dengan inkonpen¬sional terus membuat konsep-konsep AS ke depan yang menjadi harapan masyarakat, ditengah-tengah krisis global dan percaturan dunia yang semakin kompleks.
Bila melihat kenyataan ini jelas, JK sebagai Ketua Umum Partai
Golkar tidak mau Partai Golkar dalam menjalankan pemerintahan ke depan terus menerus bergantung kepada pinjaman luar negeri.
Menurut pemikiran kami, mungkin inilah yang menjadikan keretakan SBY-JK, sebab kalau melihat sekarang, utang luar kita lebih besar dari utang masa Orde Baru. Kalau utang masa Orde Baru selama 32 tahun Rp 1.500 triliun atau rata-rata pertahun hanya Rp 47 trili¬un per-tahun. Bandingkan dengan sekarang, tahun 2004 saja Rp 662 triliun, kemudian tahun 2009 menjadi Rp 980 triliun. Maka kalau kita hitung kurang dari 5 tahun, utang negara kita mencapai Rp 392 triliun atau sama denganRp 80 triliun per-tahun.
Bahkan, Ketua Kelompok Anti Utang Luar Negeri, Dani Setiawan, mencatat, pembayaran dan utang baru kita yakni cicilan pokok + bunga (tahun 2005-2008) Rp 277 triliun, dan pinjaman baru (tahun 2005-2009) Rp 101,9 triliun. Outstanding membengkak tahun 2004 Rp
1.275 triliun, dan tahun 2005-2009 Rp 1.667 triliun. Artinya tiap tahun terjadi pembengkakan utang luar negeri Rp 124 triliun per-tahun!.
Dan yang terakhir, kita juga sekarang mendapat pinjaman baru dari Asian Development Bank (ADB) sebesar Rp 20 triliun. Inilah nasib negara kita yang terjebak oleh utang luar negeri, dan menjadi PR bagi pemimpin negara ke depan. Kita berharap, pemimpin ke depan adalah yang benar-benar berniat kuat untuk menyelesaikan utang luar negeri kita, agar rakyat bisa lebih menikmati melimpahnya sumberdaya di negeri tercinta ini. (penulis, ketua harian MPC. Pemuda Pancasila Kab. Bandung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar