Welcome


Sabtu, 12 Desember 2009

Ibadah Haji

ABDULLAH bin Mubarak yang sedang melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci, suatu hari tertidur di Masjidilharam. Dalam tidurnya ia mimpi bertemu seorang malaikat yang memberitahunya bahwa ibadah haji umat Islam tahun itu diterima Allah hanya karena kebaikan seorang tukang sepatu. Sehabis itu Mubarak terbangun. Betapa penasarannya ia akan sosok tukang sepatu yang diceritakan malaikat dalam mimpinya itu.

Apa gerangan yang dilakukan tukang sepatu ini sehingga menyebabkan ibadah haji seluruh umat Islam tahun itu diterima Allah? Beliau lalu mencari tahu siapa gerangan tukang sepatu itu dan di mana tempatnya. Hingga akhirnya beliau berhasil menemui tukang sepatu tersebut dan memintanya bercerita, apa amalan yang dilakukannya sehingga mengantarkan diterimanya ibadah haji seluruh umat Islam.

Lalu tukang sepatu itu pun menceritakan ihwal bahwa dia bersama istrinya selama 30 tahun berencana naik haji. Selama itu tiap hari, minggu, dan bulan dia menabung dan mengumpulkan uang untuk biaya naik haji dari jasa membuat dan memperbaiki sepatu.

Tahun ini tabungan hajinya bersama istri sudah cukup dan dia berencana untuk naik haji. Namun apa yang terjadi? Suatu hari istrinya mencium bau harum masakan dari tetangganya. Karena penasaran, istri tukang sepatu itu memberanikan diri menghampiri tetangga dengan dimaksud, ingin meminta sedikit masakan sekadar ingin mencicipinya.

"Wahai tetangga yang baik, hari ini saya mencium harumnya masakanmu, bolehkah saya mencicipi barang sedikit?" pinta istri tukang sepatu itu kepada tetangganya.

"Tuan putri yang baik, masakan ini tidak halal bagimu", jawab sang tetangga.

"Mengapa tidak halal?" tanya istri tukang sepatu itu dengan penasaran.

"Daging yang kami masak adalah bangkai yang kami temukan di jalan. Kami tidak tega melihat anak-anak kami kelaparan. Kami sudah banting tulang mencari makanan yang lebih baik, tapi kami tidak menemukannya. Akhirnya hanya bangkai ini yang kami temukan, lalu kami masak biar anak-anak dan keluarga kami tidak semakin menderita"

Mendengar cerita itu, istri tukang sepatu itu spontan pulang dan menceritakannya pada suaminya. Si tukang sepatu tanpa banyak bicara segera membuka tabungan haji yang dikumpulkannya selama 30 tahun dan dibawanya ke rumah sang tetangga. "Wahai tetangga yang baik, ambillah semua uang ini untuk keperluan makan kamu dan keluargamu, inilah haji kami," kata tukang sepatu itu.

Kisah di atas menceritakan betapa hati yang mulia dan baik selalu mendapatkan tempat yang mulia di mata Allah. Hati yang baik mengantarkan pemiliknya kepada perbuatan yang baik dan terpuji. Hati yang baik mendatangkan pahala dan karunia Allah, tidak hanya untuk si pemiliknya, namun juga untuk seluruh umat manusia. Benarlah kata Rasulullah, "Sesungguhnya dalam jasad ada segumpal darah, kalau itu baik, maka baiklah seluruh anggota tubuh".

Bagi yang belum bisa berangkat pada musim haji 1430 H ini, masih ada ladang pahala yang bisa memabrurkan niat beribadah haji. (Selasa, 27 Oktober 2009)**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar