Welcome


Sabtu, 12 Desember 2009

Susno Duadji

DALAM pandangan jutaan mata yang menonton televisi, Kamis (5/11) malam, mantan Kapolda Jabar, Komjen Pol. Susno Duadji menitikkan air mata. Pria yang baru dilantik pada 11 Oktober 2008 untuk menduduki kursi "Trunojoyo 3" alias Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Markas Besar Kepolisian RI itu menunjukkan sisi kemanusiaannya. Polisi juga tetap manusia.

Drama menangisnya Susno ini terjadi saat Mabes Polri yang diwakili Kapolri dan jajarannya, termasuk Susno, sedang mengikuti rapat kerja dengan Komisi III DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (5/11) malam hingga Jumat (6/11) dini hari. Susno paling menjadi pusat perhatian media.

Hampir semua anggota dewan mempertanyakan dugaan penyuapan Rp 10 miliar yang disangkakan kepadanya sesuai dengan rekaman yang diduga berisi upaya kriminalisasi KPK. Bahkan, perwakilan dari Fraksi PKS meminta kepada Susno untuk bersumpah jika benar-benar tidak menerima suap. "Sebagai seorang muslim, lillahi taala, saya tidak pernah mendapatkan Rp 10 M dari siapa pun terkait dengan kasus Bank Century," sumpah Susno sambil mengangkat tangan kanannya ke atas.

Di akhir sambutan, Susno pun tak mampu membendung air matanya. Di balik matanya yang sipit, butiran-butiran air mata serta matanya yang terlihat memerah tertangkap kamera televisi yang menyiarkannya secara live.

Entahlah apa yang dirasakan pria kelahiran Pagaralam, Sumatra Selatan, 1 Juli 1954 ini. Namun, ini seperti sebuah antiklimaks atas keraguan sebagian orang saat ia dipercaya menjabat korps barunya itu. Kala itu, Indonesia Police Watch menilai Susno tak cukup mumpuni memimpin korps reserse se-Indonesia. Ia dianggap tak kaya pengalaman di bidang reserse.

Dalam pandangan Kapolri sendiri, Susno mendapat acungan jempol karena dianggap sebagai orang yang konsisten dan tegas dalam pemberantasan kejahatan, khususnya korupsi. Masih terngiang dalam ingatan kita saat awal tahun 2008, Susno mengumpulkan seluruh perwira di satuan lalu lintas mulai tingkat polres hingga polda. Para perwira satlantas itu datang ke Mapolda Jabar sejak pagi karena diperintahkan demikian.

Pertemuan itu baru dimulai pukul 16.00 WIB. Dalam rapat itu, Susno hanya berbicara tidak lebih dari 10 menit. Meski dilontarkan dengan santai, tetapi isi perintahnya galak. Isi perintah itu harus tidak ada lagi pungli di satlantas, baik di lapangan (tilang) maupun di kantor (pelayanan SIM, STNK, BPKB, dan lainnya). "Tidak perlu ada lagi setoran-setoran. Tidak perlu ingin kaya. Dari gaji sudah cukup. Kalau ingin kaya jangan jadi polisi, tetapi pengusaha. Ingat, kita ini pelayan masyarakat. Bukan sebaliknya, malah ingin dilayani," tutur suami dari Ny. Herawati itu. Susno memberi waktu 7 hari bagi anggotanya untuk berbenah, menyiapkan, dan membersihkan diri dari pungli. "Kalau minggu depan masih ada yang nakal, saatnya main copot-copotan jabatan!".

Apa yang dikatakannya seperti sebuah pepatah, mulutmu adalah harimaumu. Susno sepertinya dilahap oleh pernyataan yang pernah diucapkannya sendiri, copot dari jabatannya sebagai kabareskrim karena tekanan opini publik yang mencurigai ia menerima uang. Maka, hati-hatilah berucap.(Sabtu, 07 November 2009) **

Tidak ada komentar:

Posting Komentar