Welcome


Kamis, 14 Mei 2009

Ujian Kejujuran



HARI ini, Senin (27/4), siswa/siswi kelas III SMP/MTs mulai melaksanakan ujian nasional (UN). Berbagai persiapan telah dilakukan agar pelaksanaannya berjalan lancar dan tanpa ekses. Sejak dari tempat percetakan naskah soal dan lembar jawaban ujian nasional (LJUN) di Semarang, diberlakukan pengawasan yang sangat ketat. Begitu pula dalam distribusi naskah soal dan LJUN, kata Kepala Disdik Jabar Dr. Wahyudin Zarkasyi, dilakukan pengawalan ketat yang melibatkan petugas kepolisian.

Pihak Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) hingga Disdikbud tingkat provinsi, kota, dan kabupaten, tampaknya melakukan prosedur yang sama. Agar naskah soal dan LJUN, kata Wahyudin, benar-benar tidak mengalami kebocoran.

Di samping distribusi soal dalam pengawalan yang sangat ketat, pengawasan dalam pelaksanaan UN SMP/MTs ini pun tidak kalah ketatnya. Sesuai prosedur operasional standar (POS) yang dikeluarkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), di setiap satuan unit pendidikan dilakukan pengawasan oleh pemantau yang dikoordinasikan Tim Pemantau Independen (TPI) oleh perguruan tinggi yang ada di kabupaten dan kota.

Begitu pula dalam setiap ruangan terdapat dua orang pengawas yang berasal dari sekolah lain atau disilang. Sehingga pengawas dan siswa/siswi yang melaksanakan ujian nasional kebanyakan tidak saling mengenal. Upaya ini dilakukan agar tidak sampai terjadi guru meracuni muridnya dengan membocorkan soal ujian.

Seperti juga saat pelaksanaan UN SMP/SMK/MA, pada UN SMP/MTs ini dikhawatirkan banyak siswa yang tertipu jawaban soal yang disebarkan melalui short message service (SMS). Karena biasanya, sehari atau dua hari menjelang pelaksanaan UN, begitu banyak versi jawaban soal UN yang disebarkan melalui HP milik para siswa.

Kita berharap, ujian nasional ini benar-benar menjadi ujian bagi semua pihak untuk mendorong anak-anak kita tidak hanya cerdas dalam memecahkan ragam jenis soal yang diujikan, namun juga cerdas dalam mengendalikan emosinya untuk tidak melakukan tindakan yang merugikan dirinya. Juga memiliki kecerdasan spiritual agar tetap berperilaku jujur.

Tentunya bukan hanya siswa, namun kita harapkan, seluruh guru dan para kepala sekolahnya juga bisa bersikap demikian. Mereka benar-benar akan diuji kejujurannya dalam melakukan transfer ilmu pengetahuan, apakah cukup efektif atau sangat sulit dipahami para siswanya. Kalau hal ini terjadi, tentu para guru dan kepala sekolah tidak perlu melakukan jalan pintas dengan membocorkan naskah soal UN dan menyebarkannya kepada para siswa. UN harus benar-benar menjadi ajang untuk menguji semua pihak yang menginginkan anak-anak kita berprestasi dengan cara yang jujur.

Kejujuran dalam pelaksanaan UN SMP/MTs ini harus benar-benar dikedepankan agar baik atau buruknya hasil ujian nasional tahun ini benar-benar menjadi input data yang sangat penting bagi perbaikan proses pedagogi di sekolah-sekolah. **


Tidak ada komentar:

Posting Komentar