Welcome


Kamis, 14 Mei 2009

Siaga Flu Babi



MESKI virus flu babi atau H1N1 dianggap tidak terlalu berbahaya dibandingkan flu burung atau H5N1, namun menurut Direktur Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Cissi S. Prawira, pada Selasa (28/4) kepada wartawan, RSHS tetap siaga.

Kesiagaan rumah sakit pemerintah tersebut ternyata sangat beralasan, karena pada Senin (11/5), seorang kopilot AirAsia, RES (39) terkena virus tersebut. Seusai mendaratkan pesawatnya, RES langsung dilarikan ke kamar isolasi di Ruang Flamboyan RSHS Bandung.

Pihak RSHS tidak hanya menyediakan ruangan khusus untuk pasien yang terjangkit penyakit tersebut, tapi juga menyediakan obat untuk pasien flu babi bernama Oceltamiviel. Rumah sakit ini menyadiakan 2.900 pil Oceltamiviel yang cukup untuk 300 pasien.

Tentunya kesiagaan yang dilakukan rumah sakit tersebut patut kita apresiasi karena saat isu wabah flu burung demikian menakutkan warga, rumah sakit ini dengan tanggap melayani setiap pasien yang datang. Begitu pula sekarang, di rumah sakit ini disediakan hotline yang khusus melayani masyarakat kalau menemukan indikasi adanya warga yang terkena virus tersebut.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), dalam rilisnya akhir bulan April, WHO kembali menaikkan level peringatan bahaya terhadap penyakit flu babi, dari level empat ke level lima. Artinya, virus itu telah menyebar dari manusia ke manusia, dan terjadi setidaknya di dua negara. Sedangkan level paling berbahaya adalah level enam, yaitu jika terjadi pandemi global.

Penyakit flu babi memang terus meluas dan menelan korban jiwa. Di Meksiko, negara asal penyakit ini, korban tewas telah mencapai 159 jiwa. Sedangkan jumlah penderita nyaris menembus angka 2.500 orang.

Padahal sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) menegaskan bahwa potensi penyebaran flu babi alias H1N1 di Tanah Air sangat kecil. Angka kematian akibat flu burung (H5N1) jauh lebih tinggi, yakni 80-90 persen, ketimbang flu babi (H1N1), yakni 6,4 persen.

Namun, melihat virus tersebut telah sampai ke Kota Bandung, masyarakat harus tetap waspada karena virus ini dapat ditularkan dari manusia ke manusia.

Untuk mewaspadai munculnya penyakit tersebut di Indonesia, Departemen Kesehatan (Depkes) telah meminta pihak terkait untuk menghentikan impor daging babi. Selain itu, Depkes melakukan survailance pada sejumlah peternakan babi di Indonesia yang jumlahnya kini mencapai 9 juta ekor. Sementara bagi pendatang yang masuk ke Indonesia melalui bandara telah disiagakan thermo scanner.

Thermo scanner adalah alat yang dapat mendeteksi suhu tubuh manusia yang bertemperatur tinggi. Jika suhu tubuh manusia yang diperiksa lebih dari 38 derajat Celsius, alat tersebut akan berbunyi. Jika ada yang dicurigai terinfeksi flu babi, akan diberi kartu bahaya kesehatan (health alert card) yang sudah disiapkan Depkes.

Melihat Bandara Husein Sastranegara sudah didatangi virus tersebut, tampaknya pemerintah perlu mempertimbangkan untuk segera memasang thermo scanner di lokasi tersebut. Sehingga, deteksi awal bisa lebih diketahui, dan Kota Bandung terhindar dari wabah virus tersebut. **

Tidak ada komentar:

Posting Komentar