Welcome


Kamis, 14 Mei 2009

UN SMP Bocor?



TERASA getir jika memang benar pelaksanaan ujian nasional (UN) tingkat SMP/MTs yang berlangsung pada Senin-Kamis (27-30/4), ternyata bocor. Sejumlah siswa SMP di Kota Bandung katanya mendapatkan jawaban atas naskah soal matematika yang akan diujikan sebelum pelaksanaan mata pelajaran (mapel) tersebut.

Kita tidak tahu benar tidaknya kebocoran soal ujian tersebut karena masih dalam pemeriksaan pihak kepolisian. Berbagai kemungkinan di jaman kiwari bisa terjadi. Teknologi printing yang berkembang pesat, sangat memungkinkan untuk melakukan copy paste naskah soal sampai mirip dengan mapel yang akan diujikan. Sehingga ketika siswa SMP melihat naskah soal tersebut dan ditawari membeli kunci jawabannya, mereka bisa saja terjebak oleh oknum-oknum yang mencari keuntungan di tengah kegalauan para siswa menjelang UN.

Untuk itu, wajar kalau Gubernur Jabar Ahmad Heryawan meminta agar pihak berwenang mengusut dugaan kebocoran UN tersebut. Pengusutan yang tuntas jelas sangat diperlukan untuk menemukan pola kerja pelaku dalam menyebarkan bocoran kunci jawaban --kalau memang benar-- untuk jadi bahan evaluasi penting dalam membenahi prosedur operasional standar (POS) UN, yang dikeluarkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Ujian nasional, tentu bukan hanya menguji para siswa dalam mencerna pelajaran selama duduk di bangku sekolah. Namun juga bagaimana menguji tingkat kejujuran semua elemen yang terkait dengan dunia pendidikan. Kalau ternyata kebocoran itu terbukti dan polisi bisa menemukan cara kerja pelaku, terlebih dapat menangkap pelakunya, tentu sebuah pelajaran yang sangat berharga untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan UN di tahun 2010.

Sebagai klimaks proses pendidikan di sekolah, UN memang bagi kebanyakan orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, dianggap segalanya. Karena demikian pentingnya, segala cara dilakukan agar para siswa bisa mengisi semua naskah soal ujian dengan nilai sangat baik. Target seperti ini tidak jarang menjadi lahan bagi oknum-oknum tertentu untuk mencurangi kemurnian UN agar siswanya lulus dengan nilai terbaik.

Melihat pengalaman UN 2006/2007 dan 2007/2008, tidak sedikit hasilnya yang menunjukkan "akrobat" tingkat kelulusan dan NEM siswa. Ada sekolah-sekolah yang sebelumnya standar kelulusan UN-nya biasa-biasa saja, tiba-tiba meroket dan mengalahkan sekolah-sekolah favorit. Ujung-ujungnya tentu para alumnus sekolah tersebut bisa dengan mudah diterima di SMA/SMK/MA yang dituju karena memiliki NEM yang fantastis.

Kalau demikian, tentunya, selain mengusut pelaku kebocoran, kita pun patut merenungkan kembali sebuah sistem yang lebih baik dalam mengukur tingkat kesuksesan anak dalam belajar di sekolahnya. Dengan sistem UN yang berjalan seperti sekarang ini, orangtua siswa kerap berpikir, daripada capek-capek sekolah selama tiga tahun, mending belajar ngebut hanya menjelang UN saja. Akhirnya, siswa yang konsisten belajar selama tiga tahun, kalah mudah oleh siswa badung yang jarang masuk sekolah dan kerap bikin onar karena tiga bulan menjelang UN ia ngebut konsentrasi belajar. **


Tidak ada komentar:

Posting Komentar