Welcome


Rabu, 20 Januari 2010

Surga Eden

KALAU apa yang diajarkan aliran Surga Eden itu benar, betapa mudahnya mendapat kehidupan yang lebih baik setelah meninggal nanti. Konon katanya, pimpinannya menjanjikan Surga Eden bagi pengikut wanitanya dengan satu syarat: mau berhubungan intim dengannya.

Pimpinannya sekte tersebut, Ahmad Tantowi, isunya juga mengaku sebagai Tuhan. Dan karena statusnya sebagai penguasa alam, ia melarang pengikutnya mengajarkan syariat Islam, seperti salat lima waktu, puasa Ramadan, dan membaca kitab suci Alquran. Ajaran yang tentu sangat memancing kemarahan umat Islam.

Karena sudah meresahkan warga, Kepolisian Daerah Jawa Barat bersama puluhan anggota ormas Islam setempat, menggerebek salah satu markas Surga Eden di Desa Pamengkang, RT 50/RW 05 Kec. Mundu, Kab. Cirebon, Kamis (14/1) pagi. Dari markas itu, Tantowi ditangkap bersama 13 pengikutnya.

Dalam penggerebekan itu, Tantowi dan para pengikutnya yang sebagian besar perempuan melawan. Tantowi mencabut keris dan berusaha melawan petugas, namun polisi dengan mudah membekuknya.

Polisi menyita sejumlah barang bukti berupa 60 kuitansi setoran dana jemaah, sebuah kitab, buku panduan Surga Eden, 2 rol negatif film berisi gambar-gambar cabul Tantowi, 5 buku tentang cara melakukan hubungan seksual, dan 1 bundel piagam pengikut Surga Eden.

Dari 13 orang yang ditangkap tersebut, dua di antaranya istri Tantowi, yaitu Endang dan tangan kanan Tantowi, Iman Junaedi (36), yang diduga memosisikan diri sebagai malaikat Jibril.

Beberapa pasal berlapis sudah disiapkan penyidik untuk menjerat tersangka, yaitu pasal 156 huruf a KUHPidana tentang Penodaan Agama, pasal 285 KUHPidana tentang Pencabulan, dan pasal 335 KUHPidana tentang Perbuatan tidak Menyenangkan.

Polisi tentu harus bekerja keras untuk memastikan benar tidaknya Ahmad Tantowi sebagai penyebar aliran yang dianggap sesat ini. Pengakuan Ahmad Tantowi sendiri bahwa dirinya seorang muslim dan membacakan dua kalimah syahadat dengan benar, tentu harus bisa dipastikan, apakah hanya untuk memperdaya polisi dan media, atau sesungguhnya ia menjadi korban dari kepentingan lain. Kalau ternyata faktanya benar Ahmad Tantowi merupakan penyebar aliran yang diduga sesat itu, tentu selain proses hukum, harus dilakukan proses penyadaran.

Untuk "menyadarkan" para pendiri dan pengikut sekte ini pun tentunya tidak bisa hanya dengan penggerebekan dan amuk massa. Mereka telah dicuci otak, sehingga harus kembali dibina secara perlahan. Pendekatan yang dilakukan K.H. Said Agil Siradj, salah seorang Ketua PB Nahdlatul Ulama (NU) sewaktu menangani nabi palsu Ahmad Musaddeq tahun 2007 lalu, harus dijadikan acuan. Didampingi tiga tokoh ulama, K.H. Agus Miftach, K.H. Bachtiar Aly, K.H. Said Agil Siroj, dan tim dari MUI, akhirnya Ahmad Musaddeq menyatakan pertobatannya di Mapolda Metro Jaya, Jumat 9 November 2007. "Sang Nabi" dengan sadar dan tanpa tekanan mengaku kembali ke ajaran Islam yang sesungguhnya. Mungkinkah ini juga dilakukan oleh "Tuhan"? (Rabu, 20 Januari 2010)**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar