Welcome


Senin, 18 Januari 2010

Mutasi

BUPATI Bandung H. Obar Sobarna, S.I.P., Jumat (15/1) melakukan mutasi terhadap 11 camat dan 44 pejabat eselon III lainnya di lingkungan Pemkab Bandung. Mutasi ini merupakan putaran pertama di awal 2010, karena masih ada beberapa jabatan yang kosong, baik camat, kepala unit pelaksana tingkat daerah (UPTD) di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud), dan jabatan lainnya.

Rotasi maupun promosi pejabat di tahun 2010 tentu menarik untuk disoroti, karena banyaknya anggapan ada kaitannya dengan kepentingan pemilihan calon bupati Kab. Bandung yang akan digelar tahun ini. Terlebih dalam pemilihan bupati (pilbup) ini ada anggapan, bupati sekarang sedang mentransformasikan kepemimpinannya kepada menantunya, H. Dadang M. Nasser.

Tentu adalah hak setiap warga negara untuk mencalonkan atau mendukung siapa pun menjadi kandidat bupati periode 2010-2015, termasuk Bupati Bandung Obar Sobarna. Tidak salah juga kalau kemudian ia menjatuhkan dukungannya kepada H. Dadang M. Nasser.

Namun yang masyarakat harapkan proporsionalisme dan profesionalisme pejabat yang duduk dalam tugas barunya tetap dikedepankan. Jangan sampai ada pejabat yang asal bapak senang (ABS) tanpa ditunjang kecakapan menduduki pos-pos penting, sehingga bertindak arogan pada bawahan.

Terlebih dalam pelantikan tersebut, Bupati mengimbau kepada para pejabat baru untuk selalu tanggap terhadap kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Jika hal tersebut dilaksanakan, otomatis meningkatkan pengawasan sosial dari masyarakat sebagai pemilik kedaulatan.

Tidak hanya itu, Bupati juga mengingatkan kepada para pejabat untuk membuang jauh-jauh gaya hidup konsumtif. Bupati meminta mereka hidup bersahaja sehingga menjadi contoh bagi masyarakat.

Apa yang ditekankan Bupati ini, penting dan sangat penting, karena mungkin Bupati sudah membaca sinyal perilaku para pejabatnya. Tidak jarang, pejabat-pejabat muda yang kariernya masih panjang, "berlomba" dalam hal materi, sehingga begitu menduduki jabatan tertentu performanya langsung berubah dalam hitungan bulan. Rumah mentereng, mobil keluaran terakhir, dan membuat kubu untuk mempertahankan kepentingannya.

Ironisnya pada oknum pejabat yang demikian, profesionalisme sendiri menjadi kosmetik, dan hanya pada angka-angka yang kamuflatif. Pada tataran ini, apa yang disampaikan kepada Bupati kesannya selalu ada progress report atau terjadi kemajuan. Namun dalam kenyataannya di lapangan, jauh panggang dari api.

Di sebuah sudut ruangan di lingkungan perkantoran Pemkab Bandung, di Soreang seorang pejabat mengaktualisasikan diri sebagai pribadi yang sederhana. Di ruang kerjanya yang redup hanya terdapat sebuah meja, kursi serta satu set sofa tua. Padahal uang yang dikelolanya miliaran rupiah. Ia bercerita, uang miliaran itu hanya mengalir di depan matanya untuk kebutuhan masyarakat. Namun bawahannya banyak yang menggerutu. Mereka merasa dibodohi.

Berbeda dengan suasana di kantornya. Di daerah tempat tinggalnya, rumah pejabat itu paling mentereng. "Kami di suruh berpuasa, sementara bos, bisa makan pagi, siang, dan malam dengan beragam menu. Bohong yang dikatakannya," cetus bawahannya. (Senin, 18 Januari 2010)**



Tidak ada komentar:

Posting Komentar