Welcome


Selasa, 12 Januari 2010

Subterminal Ciroyom

CIROYOM sebagai salah satu sentra kegiatan ekonomi di Kota Bandung, sepertinya mulai ditelantarkan. Padahal di tahun 1980-1990-an, Pasar dan Subterminal Ciroyom merupakan salah satu denyut ekonomi penting di Kota Bandung. Sampai-sampai ketika Pemkot Bandung akan menghidupkan Pasar Caringin dan Gedebage, tidak pernah berhasil selama kegiatan ekonomi di pasar ini hidup. Setelah dilakukan pemortalan jalan masuk ke Ciroyom, baru denyut kedua pasar induk tersebut terasa.

Ciroyom sekarang, meski tetap denyutnya ada, namun kondisinya seperti kurang terurus. Jalan Ciroyom yang ditutup untuk sebagian pasar dan semua kendaraan dari arah barat dibelokkan ke pasar ini, tidak ditunjang oleh sarana jalan yang memadai. Kendaraan-kendaraan yang masuk ke pasar ini harus siap terguncang-guncang dan berimpitan, karena selain jalannya rusak, pintu keluar pun menyempit karena banyaknya pedagang.

Padahal bangunan pasarnya sendiri sudah relatif lebih baik. Hanya sayangnya, akses jalan masuk yang tidak nyaman membuat sebagian konsumen tidak terlalu suka masuk ke pasar ini. Begitu juga para pedagang, tidak sedikit yang akhirnya berpindah dan menggelar dagangan di sepanjang Jln. Rajawali Timur sejak petang hingga pagi hari.

Kondisi Subterminal Ciroyomnya semakin parah dan jauh dari standar ideal subterminal. Padahal subterminal tersebut setiap harinya dilalui ratusan angkutan umum dari puluhan trayek, baik dalam kota maupun luar Kota Bandung.

Wajar kalau kemudian para sopir dan penumpang mengeluhkan kondisi Subterminal Ciroyom tersebut. Sebagian besar sopir angkutan dan calon penumpang lebih memilih naik angkutan di luar subterminal.

Wacana untuk memperbaiki subterminal tersebut sudah muncul sejak 2005. Tapi sudah lima tahun rencana itu tidak pernah terealisasi.

Kondisi Subterminal Ciroyom yang demikian parah sudah beberapa kali disampaikan kepada Pemkot Bandung. Terakhir disampaikan ketika dilakukan pertemuan antara pengurus terminal dengan dinas-dinas terkait. Namun pada pertemuan tersebut hampir seluruh dinas saling tuding dan sama sekali tidak memberikan solusi. Seolah tidak ada yang mau bertanggung jawab. Mereka justru menyerahkan persoalan ini kepada pihak pengembang.

Selama ini, Subterminal Ciroyom setiap hari disinggahi angkutan berjumlah ratusan, berasal berasal dari berbagai trayek. Mulai dari trayek Ciroyom-Cijenuk (20 unit), Ciroyom-Cipeundeuy (40), Ciroyom-Lembang (70), Ciroyom-Gunung Halu (65), Ciroyom-Cianjur (4), Ciroyom-Wanayasa (1), Ciroyom-Ciburial (60) serta angkutan kota yang jumlahnya bisa mencapai 200 unit.

Kita tentu berharap anggota DPRD Kota Bandung bisa mendengarkan keluhan para pengemudi, penumpang, dan seluruh elemen masyarakat yang menggantungkan hidupnya di sana. Kalau misalnya ada kesalahan dalam pelaksanaan sebelumnya, tentu kita berharap segera selesaikan sesuai aturan dan tidak saling lempar. Cara tersebut, sangat tidak simpatik, karena masyarakat berharap pemkot segera mengatasi keluhan yang ada di Ciroyom.(Selasa, 12 Januari 2010) **



Tidak ada komentar:

Posting Komentar