Welcome


Kamis, 23 April 2009

Guru Bocorkan Jawaban UN?



KUALITAS pendidikan kita memang sulit dibenahi selama guru yang menjadi pilar penjaga kualitas tidak menjalankan tugasnya secara konsisten. Guru yang seharusnya bisa lebih mencerdaskan anak-anak didiknya, karena barangkali merasa tidak mampu menjalankan tugasnya itu, malah sebaliknya "meracuni" anak-anak didiknya dengan membocorkan lembar jawaban ujian nasional (LJUN).

Kejadian ini setidaknya diungkapkan oleh sebut saja Dedi, bukan nama sebenarnya, salah seorang siswa sebuah SMA swasta di Kota Bandung. Bahkan sang guru, memberikan bocoran LJUN melalui kertas yang ditulisnya, meski hanya sekitar 60% dari seluruh naskah soal UN.

Yang tidak kita pahami adalah, pada UN tahun ini Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) sudah melakukan sistem pengawasan yang ketat. Di kelas, ada pengawas ruangan masing-masing 2 orang dari sekolah lain (disilang). Sedangkan di setiap unit satuan pendidikan (sekolah) SMA dan MA ada pengawas yang untuk di Jawa Barat terdiri atas UPI, ITB, Unpad, dan UIN yang dikoordinasi oleh UPI. Sedangkan untuk SMK, SMP/MTs, dan SD/MI ada pemantau dari Tim Pemantau Independen (TPI) yang dikoordinasi oleh perguruan tinggi swasta.

Kalau sampai hal ini masih terjadi, tentu selain mempertanyakan kepada guru yang bersangkutan dan para pengawas yang ada di sekolah itu, juga sistem kerja para pengawas yang dikeluarkan UPI. Karena seperti di Kab. Bandung sendiri ada sekolah penyelenggara ujian nasional yang luput tanpa pengawas unit satuan pendidikan. Namun di sekolah lain malah ada yang dua pengawas di salah satu sekolah.

Para pengawas dan tim pemantau juga banyak yang sepertinya kurang mengimplementasikan tugasnya sebagai pengawas atau pemantau. Sehingga, karena mereka dianggap "lengah", peluang terjadinya kebocoran soal UN ini tetap terjadi, baik melalui short message service (SMS) maupun yang dilakukan oleh oknum guru tadi.

Kejadian tersebut, tentu harus segera diselesaikan dan bisa diungkapkan kepada publik jenis sanksi yang diberikan kepada oknum guru tersebut (kalau benar). Karena jangan sampai ancaman-ancaman yang sebelumnya diberikan kepada guru yang membocorkan soal kesannya hanya "gertak sambal".

Ini perlu dilakukan mengingat pada Senin (27/4) kita akan mulai memasuki masa ujian nasional bagi para siswa SMP/MTs dan pada 11 Maret 2009 ujian nasional untuk siswa SD/MI yang tentunya tidak menutup kemungkinan akan terjadi praktik serupa. Terlebih jumlah sekolah penyelenggara maupun siswa yang akan mengikuti ujian tersebut jauh lebih banyak dibandingkan dengan siswa SMA sederajat yang tentu harus lebih meningkat lagi sistem pengawasannya.

Kita berharap, kasus itu kalau benar dapat segera diungkap agar bisa menjadi shock therapy bagi guru-guru lainnya yang "tega" meracuni anak didiknya. **


Tidak ada komentar:

Posting Komentar