Welcome


Minggu, 12 April 2009

Menggugah Jati Diri Orang Sunda

Oleh Aep S. Abdullah
NILAI-NILAI budaya Sunda harus menjadi jati diri masyarakat Kabupaten Bandung. Namun, jati diri orang Sunda ini pun harus tetap menghargai pluralitas dalam kehidupan masyarakat. Tak hanya menjadi jati diri, tiga nilai budaya seperti mandiri, damai, dan adil pun bisa dijadikan tujuan pendidikan nasional.

Hal tersebut terungkap dalam seminar nasional "Meningkatkan Budaya Melalui Pendidikan Bermutu dan Terjangkau" di Gd. Dewi Sartika Kompleks Pemkab Bandung, Jalan Raya Soreang, Selasa (3/2).

Dalam acara yang dipandu Asisten Redaktur Opini dan Pendidikan HU Galamedia, Aep S. Abdullah itu, hadir sebagai pembicara Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Ketua Dewan Pendidikan Kab. Bandung, Prof. Dr. H. Engkoswara, Kasi Sarana BSNP dan konsultan Bank Dunia, Dr. H. Dani Meriawan, M.Pd., Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Bandung, Drs. H. Juhana, M.Ed., dan Ketua Dewan Pendidikan Jabar, Drs. H. Uu Rukmana.

Dalam sambutan bupati yang dibacakan Asisten Administrasi, Drs. H. Djamu Kertabudi, M.Si., kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai budaya merupakan sasaran dari program pembangunan di Kab. Bandung. Karena itu, pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam peningkatan kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai budaya Sunda. "Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis, baik dalam konteks Indonesia sebagai sebuah bangsa maupun dalam konteks Kab. Bandung sebagai daerah otonom," tuturnya.

Tiga nilai budaya

Sementara itu dalam paparannya, Prof. Dr. H. Engkoswara, M.Ed. mengatakan, untuk terselenggaranya pendidikan yang baik, tiga nilai budaya Sunda bisa dijadikan landasan untuk berpijak. Ketiga nilai tersebut adalah cageur, bageur, dan bener (moral), pinter, singer, maher (logika), dan moher (estetika). "Lamun urang Sunda geus ngajalankeun tilu nilai budaya ieu, hirupna bisa leuwih mandiri," ungkapnya.

Dalam undang-undang (UU) sistem pendidikan nasional sendiri, katanya, nilai mandiri sudah masuk dalam tujuan. Namun sayangnya, meski dituturkan panjang lebar, nilai damai dan adil belum menjadi tujuan pendidikan nasional.

"Untuk mengisi tujuan pendidikan nasional sebagai arah pedoman pendidikan di Indonesia, maka ada baiknya makna tujuan pendidikan nasional disesuaikan dalam tujuan kehidupan yang meliputi damai, mandiri, dan adil," ujar Engkoswara.

Untuk itu, katanya, sebaiknya nilai damai dan adil ini dimasukkan dalam tujuan pendidikan nasional. Sehingga, alangkah baiknya tujuan pendidikan ini dirumuskan kembali berdasarkan budaya Pancasila dan UUD 1945 yang mencakup tiga nilai dasar, yaitu damai, mandiri, dan adil.

"BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan) sebaiknya mengambil prakarsa untuk mengangkat trilogi kompetisi kehidupan ini agar bisa diacu peserta didik dan pendidik. Dalam jabatan profesional, guru dan dosen serta tenaga kependidikan harus memiliki tiga kompetensi dasar ini, yakni damai, mandiri, dan adil. Atau dengan kata lain etika, logika, dan estetika," kata Engkoswara.**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar